Papua88.com. JAKARTA – Indonesia berduka, khsususnya TNI AL lebih khusus lagi KOWAL (Korps Wanita Angkatan Laut). Kolonel Laut (Purn) Dra. Louise Elisabeth Coldenhoff tutup usia pada Minggu 7 Februari 2021 pkl 15.45 WIB di RSAL Dr. Mintohardjo, Jakarta.
Kolonel Laut (Purn) Louise Coldenhoff merupakan pengibar Sang Saka Merah Putih di Holandia (sekarang Jayapura), Papua, pada Upacara Penyerahan Irian Barat dari UNTEA kepada pemerintah negara Republik Indonesia pada 1 Mei 1963. Saat itu, Louise ditunjuk Presiden Soekarno menggantikan Letnan An Go Lian Lie.
Ditulis dalam Wikipedia, Dra Louise Elisabeth Coldenhoff adalah seorang wanita laut Indonesia. Dia adalah salah satu dari 12 anggota pertama Korps Wanita Angkatan Laut (Kowal). Dia kemudian menjabat satu periode sebagai kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta era Gubernur Soeprapto 1983-1987.
Coldenhoff belajar di Universitas Padjadjaran. Dia lulus dengan gelar pendidikan jasmani. Setelah lulus dari universitas, Coldenhoff melihat bahwa angkatan laut telah membuka pendaftaran untuk pembentukan Korps Wanita Angkatan Laut. Coldenhoff kemudian mendaftar sebagai wajib militer.
Proses seleksi dilakukan di Malang, Jawa Timur. Coldenhoff berhasil melewati semua tahapan tes seleksi. Ia dan 11 anggota lainnya dilantik sebagai perwira Korps Wanita Angkatan Laut pertama pada 5 Januari 1963 oleh Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana RE Martadinata.
Coldenhoff ditugaskan di Sekolah Pasukan Angkatan Laut Surabaya. Tak lama kemudian, dia dan petugas Korps lainnya dikerahkan ke Irian Barat (sekarang Papua). Mereka diterbangkan dan pesawat yang mereka tumpangi mendarat di Merauke.
Coldenhoff menjalani latihan berdiri dan berbaris, dan diterbangkan lagi ke Hollandia (sekarang Jayapura) setelah dimulainya pelatihan. Dia mendapat perintah untuk mengibarkan bendera Indonesia menyusul penyerahan kewenangan Irian Barat dari UNTEA ke Indonesia.
Coldenhoff ditunjuk sebagai cadangan, sedangkan Letnan An Go Lian Lie ditunjuk sebagai pengangkat utama bendera. Sebelum upacara pengibaran bendera, Coldenhoff dan rekan-rekannya juga bertugas membersihkan lapangan upacara dari pecahan-pecahan botol.
Pada pukul 00.00 (jam 12 malam WIT) tanggal 1 Mei 1963, Coldenhoff diberi tahu oleh seorang kolonel dari Angkatan Darat bahwa ia harus segera menghadapi Presiden Soekarno. Dia disuruh Soekarno untuk menggantikan posisi Letnan Lie sebagai pengibar utama bendera.
Setelah penempatannya, Coldenhoff dan rekan-rekannya dikirim ke Amerika Serikat untuk belajar di WAVES. Bersama dengan studinya di cagar alam, dia mengambil kursus bahasa Inggris dan manajemen. Setelah menyelesaikan studinya, ia kembali ke Indonesia, di mana ia diangkat sebagai komandan pertama Pusat Pendidikan Korps Wanita Angkatan Laut.
Dalam kunjungan kenegaraan Ratu Juliana ke Indonesia pada tahun 1971, Coldenhoff diangkat sebagai ajudan Ratu.
Selama tahun 1970-an, Coldenhoff diangkat menjadi kepala bagian personalia Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. Tugas utamanya adalah mutasi pegawai di direktorat. Dia menggambarkan pekerjaannya sebagai “hidup antara malaikat dan iblis”.
Kemudian, Coldenhoff dilantik sebagai Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta oleh Gubernur Soeprapto pada 5 Februari 1983 menggantikan Kolonel Soesdaryono. Masa jabatannya berakhir pada 10 Juli 1987, saat ia digantikan oleh Soegiyo.
Selama masa jabatannya, ia menerapkan kurikulum lokal baru untuk siswa di Jakarta. Dia memberikan otonomi kepada sekolah untuk menerapkan mata pelajarannya sendiri dalam kurikulum lokal. Menyusul berlakunya kebijakan ini, sekolah pesisir di Jakarta menambahkan penangkapan ikan ke dalam kurikulum lokal.
Coldenhoff pensiun dari angkatan laut dengan pangkat kolonel. Coldenhoff kemudian menjadi Ketua MPK (Dewan Pendidikan Katolik) cabang Jakarta. (ist/ken)